Menikmati Masalah tak sama dengan PASRAH
Suatu
ketika ada orang berhutang dan ketika ditagih dia marah-marah. “Ya
sudah,” kata Anda”Saya ikhlaskan hutang itu”. Itu sih namanya pasrah,
karena malas atau takut merebut kembali hak anda. Bukan seperti itu yang
dimaksud dengan menikmati masalah. Menikmati masalah, juga tidak sama
dengan perasaan menjadi damai, tenang, dan terbebas. Bukan seperti itu.
Ketenangan hati seseorang pada saat
menikmati masalah, harus tampak didalam perilaku, yang bermakna bagi
diri dan lingkungannya. Bisa saja hati Anda merasa tenang, karena merasa
terbebas dari masalah. Tetapi jika ketenangan itu tidak membuat anda
lebih produktif, lebih mampu membuat keputusan yang baik dan bermanfaat
bagi orang lain, maka maaf, Anda belum mampu menikmati masalah.
Ada tiga Aksi yang harus kita lakukan untuk dapat membantu kita untuk bisa menikmati masalah :
- Bekerja Tenang dan Ambil Hikmah
Bekerjalah dengan tenang dan ambil himah
dari setiap masalah yang muncul, berusahalah untuk selalu bisa
memberikan hasil pekerjaan terbaik tanpa terpengaruh oleh keadaan atau
situasi seburuk apapun, serta pikirkan kemungkinan adanya konsekuensi
positif yang akan muncul dari kejadian atau situasi buruk tersebut.
Selanjutnya berikan yang terbaik, didalam kehidupan keluarga, lingkungan
kerja dan juga masyarakat, yakinlah, Selalu ada hikmah yang terkandung
di balik peristiwa apapun yang menimpa kita.
Berikut kisah seorang raja dan penasehatnya yang bisa kita jadikan sebagai Inspirasi bagi kita semua:
Dia
adalah raja yang selalu mendapatkan jawaban yang sama dari penasehatnya,
ketika dia meminta nasehat. “Pasti ada hikmah dibalik peristiwa itu,
Tuan!” begitu selalu yang dikatakan sang penasehat. Sang raja bosan
karena keseringan mendengar kata-kata itu, dan akhirnya tidak mau lagi
didampingi penasehat.
Suatu
ketika Sang raja belajar cara memotong daging, dan saat itulah dia
terkena musibah. Satu jarinya terpotong hingga putus. Kejadian itu
diadukannya ke Sang Penasehat. Seperti biasa, Sang Penasehat mengatakan,
“Wahai baginda raja, kejadian itu pasti ada hikmahnya.” Mendengar
jawaban itu, ia menjadi murka dan tidak mampu lagi bersabar. Ia kemudian
menjebloskan Sang Penasehat ke penjara.
Hari
terus berganti, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tibalah
waktunya berburu bagi Sang Raja. Ketika di tengah hutan, Dia terpisah
dari rombongan dan tertangkap suku pedalaman yang masih primitive.
Mereka berniat menjadikan Sang Raja sebagai korban yang dipersembahkan
kepada para Dewa.
Ketika
Pengorbanan akan di mulai, dukun yang memimpin upacara, terkejut karena
korban yang hendak dipersembahkan cacat, jari tangannya hilang satu.
“Pasti dewa marah kalau orang cacat yang kita korbankan,” kata dukun
itu. Sang Rajapun batal dikorbankan dan kemudian dibebaskan. Dengan suka
cita, Sang Raja pulang ke istana.
Sesampainya
diistana. Dia bergegas kepenjara dan membebaskan penasehatnya.
“sekarang saya mengerti apa itu hikmah di balik persitiwa, terima kasih
kamu telah menyelamatkan saya,” katanya. Sang penasehat lalu berucap,
“Terima kasih baginda raja, karena baginda juga telah menyelamatkan
saya.” Mendengar itu Sang Raja terheran-heran. “Lho, memangnya kenapa?
Kamu saya selamatkan dari apa?” tanyanya. Sang penasehat tersenyum,
“karena seandainya saya tidak dipenjara, saya pasti ikut berburu dan
tertangkap suku pedalaman itu, dan pasti saya yang akan dijadikan korban
persembahan suku pedalaman itu, karena jari tangan saya masih lengkap,”
katanya. Mendengar penjelasan itu sang raja tersenyum dengan rasa
kagum. Ternyata sang penasehat memang pandai melihat hikmah dari setiap
peristiwa yang dialami. Termasuk ketika dijebloskan ke penjara.
Tetapi tentu saja, jangan hanya pandai
memahami hikmah dari semua kejadian, kita harus tetap bekerja dengan
tenang, mencari peluang untuk melakukan hal terbaik. Dalam hal ini mari
kita bercermin pada almarhum Profesor Hamka, ketika suatu ketika dalam
hidupnya, dia dipenjara. Oleh Hamka, penjara dijadikan tempat yang tepat
untuk berkontemplasi dan menulis buku. Disana tidak banyak gangguan,
dan tamupun dibatasi jam kunjungannya. Dengan waktu yang begitu banyak,
Hamka menulis buku sangat tebal, yang sampai sekarang masih dijadikan
rujukan banyak orang. Itulah Tafsir Al Azhar, buku fenomenal karya sang
ulama besar itu.
- Maafkan dan beri kasih sayang
Dalam perjalanan hidup anda di manapun,
selalu ada orang yang memberatkan hati Anda, atau bahkan melukai hati
Anda. Maka buktikan Anda mampu menikmati masalah dengan cara memberikan
kasih sayang pada orang tersebut. Itulah wujud maaf yang sebenarnya.
“Maafkan dan beri kasih sayang adalah
sesuatu yang mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan,” itulah yang
sering kita katakana. “Ya, memang sulit dilaksanakan, tetapi kan bukan
berarti tidak bias kita lakukan,” Budaya memaafkan dan memberi kasih
sayang, memang bukan budaya orang-orang berjiwa kerdil. Budaya ini
adalah budaya yang dimiliki oleh orang-orang berjiwa besar.
Ada banyak kisah yang bisa kita pelajari dan menjadi contoh bagaimana hebatnya sebuah kasih sayang. Diantaranya peristiwa Perang Salib ketiga.
Perang itu berhenti lantaran Panglima Sholahuddin Al Ayubi memaafkan
dan memberi kasih sayang dengan segera kepada raja Richard Lion Heart,
yang telah membunuh ribuan pasukannya. Bahkan ketikaRichard sakit
didalam peperangan itu, Sholahuddin datang mengobatinya. Belum cukup
sampai disitu. Ketika Sholahuddin tahu Richard mengejar pasukannya
dengan berlari, dia mengatakan kepada para sahabatnya “Sungguh tidak
pantas seorang raja berperang dengan berlari, krimkanlah kuda terbaik
kita dan berikan kepadanya, katakana itu hadiah dariku.” Karena kejadian
itulah, akhirnya pada September 1192 dibuat perjanjian perdamaian
antara kedua pasukan, dan perangpun berhenti. Sungguh
memaafkan dan kasih sayang mampu menghentikan pertumpahan darah. Karena
perilakunya itu, Sholahuddin disegani dan sangat dihormati oleh kawan
maupun lawan.
Mungkin sebagian ada yang mengatakan “Wah
saya sulit memaafkan, Ibarat kaca, saya sudah retak dan sulit kembali
ke bentuk aslinya.” Perlu diketahui orang yang sulit memaafkan akan
menyimpan emosi negative. Apabila hal ini berlangsung lama akan sangat
merugikan. Orang tersebut dapat mengalami berbagai penyakit fisik akibat
memelihara rasa sakit hati. Banyak riset yang mengungkapkan bahwa dendam dan kemarahan dapat membahayakan kesehatan jantung dan system peredaran darah seseorang.
Dalam perjalanan hidup kita, sering kali
kita menjadikan masalah berserta dampak negatifnya terpelihara dengan
baik, karena tidak mau memaafkan. Bahkan banyak yang mengungkapkan
kata-kata, “sampai tujuh turunan, saya tidak bakal memmaafkan.” Padahal,
ketika kita mau memaafkan, maka seseungguhnya kerugian terbesar ada
pada diri kita, dan bukan pada orang yang tidak kita maafkan. Kita masih
merasa, kesalahan tersebut merupakan sesuatu yang sulit dimaafkan,
apalagi untuk kita berikan kasih syaang. Hal inilah yang sering
menjadikan masalah kita terus berlarut dan hati kita pun menjadi sempit.
Kita terus menerus mengungkit kesalahan orang atau hal tersebut dan
akhirnya itulah yang menghambat diri kita sendiri.
Secara Imani, kita justru harus berterima
kasih kepada orang-orang yang pernah menyakiti kita karena mereka telah
mengurangi dosa yang telah kita perbuat…
- Siap Berkorban untuk tujuan yang lebih tinggi
Selain bekerja tenang dan ambil hikmah,
lalu memaafkan dan memberi kasih saying, yang ketiga adalah siap
berkorban untuk tujuan yang lebih tinggi.
Untuk mencapai derajat iman yang tinggi,
seseorang yang beragama harus rela berkorban dengan berbagai cara.
Seseorang belum bisa dikatakan beriman dan menjadi kekasih-Nya bila
pengorbanannya belum terbukti, baik dalam aspek ritual maupun aspek
kehidupan duniawi. Seorang yang beriman akan selalu membawa serta Tuhan
kemanapun mereka berkatifitas dan siap mempertanggungjawabkan semua
pilihan hidupnya. Dia rela mengorbankan kesenangan-kesenangan duniawi
yang dilarang agama karena berharap cinta-Nya.
Kupu-kupu yang indah adalah hasil proses
metamarfosis dari telur-telur kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu
yang lucu. Kendi yang indah adalah hasil tempaan dari kesediaan
sebongkah tanah dibanting, diinjak, digosok dan dipanaskan. Tanah yang
awalnya tidak bernilai menjadi sesuatu yang mahal kerena kekuatannya
menjalani tempaan.
Semoga bermanfaat,, amin,,dikutip oleh dari blog kang zaini (artikel menarik )
No comments:
Post a Comment