Sunday, January 6, 2013

Life Excelent (Sukses itu untuk anda) motivasi islam




Alhamdulillah, dalam kesempatan ini, kita dapat bermuajahah (bertatap muka) di jum,at ke 2 di tahun 2012 ini, saya disini akan sedikit sharing tentang Bagaimana kita bertawakal kepada alloh..


sekarang ini kita hidup di zaman multi krisis.Tidak heran jika manajemennya pun manajemen krisis. Dalam kondisi seperti ini banyak yang memakai prinsip 'pasrahisme'. Apa kata mereka? "Yang penting kita bisa hidup, yang penting kita bisa menerima", yaitu apa yang disebut dengan "nrimo mentality': Tidak ada ruang untuk protes, mentalitas menerima apa adanya. Sudahlah, apa pun yang terjadi kita harus terima, buat apa 'ngoyo', singkatnya demikian.
Tentu saja ini bukan yang dimaksud dengan istilah tawakal. Konsep tawakal itu akan terjadi setelah kita melewati proses ikhtiar plus doa. Tapi, kalau tiba-tiba Anda meloncat kepada tawakal, berarti Anda sudah bersikap fatalistik.Ada Contoh  sebuah peristiwa ketika Rasulullah menegur seorang jamaah yang menaruh unta tetapi tidak diikatkan ke sebuah tiang. Lalu ditegur oleh Rasulullah, "Bagaimana Anda bisa membiarkan unta Anda tanpa diikat?" Orang itu menjawab, "Ya Rasu­lullah, saya tawakal. Kalau memang sudah takdirnya hilang ya hilang saja, silakan. Tapi kalau masih rezeki saya, tentu unta itu ada." Rasullulah membantah argumen orang itu,"Bukan begitu yang dimaksud dengan tawakal. Anda ikat dengan kencang dan setelah itu Anda tawakal." Usaha yang keras dan berdoa yang tekun baru kita tawakal kepada Allah swt.
Inilah yang disebut dengan stabilitas di mana dalam bertindak tidak lagi di-dasarkan kepada emosional, tapi dianalisis secara rasional dan diputuskan secara spiritual. Tidak sedikit diantara kita ketika menghadapi suatu masalah, serta merta langsung bersikap reaktif pada masalah tersebut. Kita menjadi orang yang "kag¬etan". Contohnya ketika harga BBM naik kita bersegera antri di pom bensin secepat mungkin. Sebaliknya jika kita memiliki stabilitas, jebakan emosional, tidak akan mengurung kita lagi. Dengan kata lain kita telah mampu bersikap proaktif.
Apa yang saya maksud dengan proaktif itu adalah kombinasi dari dua sifat. Yang pertama adalah inisiatif dan yang kedua adalah sensitive Seorang yang Stabil-ity, dia mempunyai satu kepekaan/sensitivitas, kepekaan terhadap situasi, kapan harus bertindak, kapan harus berdiam diri. Kemudian yang kedua adalah inisiatif. Yaitu kemampuan seseorang untuk mendahului sebuah pekerjaan/tugas sebelum didahului permintaan orang lain. Ada orang yang peka tetapi tidak berinisiatif. Ada orang yang berinisiatif tapi tidak didorong oleh rasa kepekaan. Untuk menyelaraskan keduanya anda perlu balancing tool. Yaitu daya intuisi anda. Ketika intuisi telah mampu melakukan link and match terhadap sensitivitas dan inisiatif, artinya Anda telah mencapai kestabilan hidup. Namun jika berhenti sampai pada tahap ini saja maka akan melahirkan mental'status quo'.
 Al-Qu-an menyatakan : "Ketahuilah! Sesungguhnya manusio benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (Al 'Alaq : 6-7).
"Stability" akan membawa kita pada wilayah sukses. Namun janganlah kita merasa bahwa jika telah sampai pada sukses, maka sudah selesai hidup kita."Saya sudah mencapai puncak keberhasilan, apalagi yang harus saya kerjakan? Semua sudah saya dapatkan, jabatan, uang, rumah, segala macam simbol-simbol kes¬ejahteraan sudah saya peroleh," demikian komentarnya.
Para insan sejati, untuk hidup berkah, ternyata tidak cukup hanya sukses saja, langkah awal menuju hidup berkah perlu didahului dengan kepahaman makna sukses itu sendiri. Ada satu kalimat yang menarik dan ini menjadi sebuah definisi yang sangat sederhana dari sabda nabi kita Muhammad saw., "Barangsiapa yang hari ini lebih balk dibandingkan yang terdahulu, maka dia termasuk arcing sukses. Barang siapa yang hariml sama seperti yang terdahulu, maka dia termasuk prang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dibandingkan yang terdahulu, make dia termasuk orang-orang yang merugi dihadapan Allah swt..."
Jadi, orang yang sukses adalah today is better than yesterday. Hari ini lebih baik dibandingkan yang terdahulu dan tentu saja tomorrow will be better than today, hari esok akan lebih baik dibandingkan hari mi. Saya tidak pernah mempertanyakan sudah berapa langkah yang Anda lakukan, sudah berapa meter kah Anda maju, namun yang terpenting adalah judulnya Anda sudah melangkah. Ketika Anda sudah melangkah, itu artinya Anda sudah sukses, Anda sudah lebih dari yang sebelumnya. Dan sukses yang telah dicapai menggambarkan kebutuhan manusia akan aktualisasi
Di dalam suatu diagram kebutuhan manusia, kebutuhan yang paling rendah adalah pemenuhan kebutuhan biologis dan yang tertinggi adalah aktualisasi din. Seorang yang sukses adalah seorang yang sudah mencapai tahapan aktualisasi din, ketika semuanya sudah karena dia sudah meraih 3P: Pangan, Pakaian, Perumahan. Ketika semuanya sudah teraih maka ia akan dihantarkan pada tahapan yang beri¬kutnya yaitu aktualisasi din. Dan, pencapaian prestasi ini tidak selalu berhubungan dengan symbol-simbol materi  atau fisik sehingga banya orang mengatakan success is not destination , but is a journey. Sukses bukan tujuan tapi sukses adalah perjalanan . perjanan menuju tahap  yang berikutnya.
Para insan sejati, kalau diumpamakan dalam sebuah gambar mengarah, seorang yang survive adalah seorang yang berdiri kemudian matanya ke bawah (eyes down), lalu tangannya ke bawah (hold hand down). Kemudian dia melangkah dengan lambat', (slow step) dia merasa tidak (confidence)'percaya din' menghadapi kehidupan, that is survive.
Kemudian yang kedua Stability. Seorang yang stability adalah seorang yang telah mampu mengangkat sebelah tangannya ke atas, sementara tangan lainnya masih tetap berada di bawah. lni artinya sudah stabil, dia tidak reaktif lagi. Dia sudah lebih proaktif, sensitif, dan inisiatif. Tapi, kalau kita bicara sukses, dia sudah
mengangkat kedua tangannya. Bagi Anda yang pecandu sepakbola, pasti Anda akan menyaksikan seorang penyerang yang baru saja membobolkan gawang lawannya dia akan melakukan satu action, dia akan mengangkat kedua tangannya sebagai bukti bahwa dia sudah berhasil.
Tetapi para insan sejati, tidak cukup hanya sekadar itu. Masih ada tahapan satu lagi yang harus kita lewati, itu yang saya sebut dengan di Was sukses ada sukses. Apa yang dimaksud di atas suksesada sukses? Mungkin untuk sampai ke sana saya perlu mengantarkan dengan sebuah statemen atau sebuah pernyataan, "Menjadi orang sukses itu penting, tapi menjadi orang besarjauh lebih penting." Apa yang dimaksud orang besar? Tentu saja bayangan Anda orang besar bukan berarti fisiknya besar, bukan berarti bobot tubuhnya yang besar, tapi orang yang besar adalah orang yang tidak hanya sukses untuk dirinya tapi dia bisa membuat sukses orang lain.
 Para insan sejati, siapa pun Anda, apa pun posisi Anda, apa pun jabatan Anda, apa pun peran dan fungsi Anda di rumah, di kantor, di masyarakat, di dalam kehidu¬pan politik, dalam kehidupan berbangsa bahkan dunia, kita harus memiliki tahapan yang disebut signifikan.Apa itu signifikan? Di atas sukses ada sukses. Setelah Anda berhasil, Anda harus bisa memacu diri Anda untuk bisa membuat orang lain lebih berhasil dibandingkan Anda.

No comments:

 

Popular Posts

Followers

 

About Me

Templates by simple | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger