Alhamdulillah,
dalam kesempatan ini, kita dapat bermuajahah (bertatap muka) di jum,at ke 2 di
tahun 2012 ini, saya disini akan sedikit sharing tentang Bagaimana kita
bertawakal kepada alloh..
sekarang ini kita hidup di zaman multi krisis.Tidak heran
jika manajemennya pun manajemen krisis. Dalam kondisi seperti ini banyak yang
memakai prinsip 'pasrahisme'. Apa kata mereka? "Yang penting kita bisa
hidup, yang penting kita bisa menerima", yaitu apa yang disebut dengan "nrimo
mentality': Tidak ada ruang untuk protes, mentalitas menerima apa adanya.
Sudahlah, apa pun yang terjadi kita harus terima, buat apa 'ngoyo', singkatnya
demikian.
Tentu saja ini bukan yang dimaksud dengan istilah tawakal.
Konsep tawakal itu akan terjadi setelah kita melewati proses ikhtiar plus doa.
Tapi, kalau tiba-tiba Anda meloncat kepada tawakal, berarti Anda sudah bersikap
fatalistik.Ada Contoh sebuah peristiwa
ketika Rasulullah menegur seorang jamaah yang menaruh unta tetapi tidak
diikatkan ke sebuah tiang. Lalu ditegur oleh Rasulullah, "Bagaimana Anda
bisa membiarkan unta Anda tanpa diikat?" Orang itu menjawab, "Ya Rasulullah,
saya tawakal. Kalau memang sudah takdirnya hilang ya hilang saja, silakan. Tapi
kalau masih rezeki saya, tentu unta itu ada." Rasullulah membantah argumen
orang itu,"Bukan begitu yang dimaksud dengan tawakal. Anda ikat dengan
kencang dan setelah itu Anda tawakal." Usaha yang keras dan berdoa yang
tekun baru kita tawakal kepada Allah swt.
Inilah yang disebut dengan stabilitas di mana dalam
bertindak tidak lagi di-dasarkan kepada emosional, tapi dianalisis secara
rasional dan diputuskan secara spiritual. Tidak sedikit diantara kita ketika
menghadapi suatu masalah, serta merta langsung bersikap reaktif pada masalah
tersebut. Kita menjadi orang yang "kag¬etan". Contohnya ketika harga
BBM naik kita bersegera antri di pom bensin secepat mungkin. Sebaliknya jika
kita memiliki stabilitas, jebakan emosional, tidak akan mengurung kita lagi.
Dengan kata lain kita telah mampu bersikap proaktif.
Apa yang saya maksud dengan proaktif itu adalah kombinasi
dari dua sifat. Yang pertama adalah inisiatif dan yang kedua adalah sensitive Seorang
yang Stabil-ity, dia mempunyai satu kepekaan/sensitivitas, kepekaan terhadap
situasi, kapan harus bertindak, kapan harus berdiam diri. Kemudian yang kedua
adalah inisiatif. Yaitu kemampuan seseorang untuk mendahului sebuah
pekerjaan/tugas sebelum didahului permintaan orang lain. Ada orang yang peka
tetapi tidak berinisiatif. Ada orang yang berinisiatif tapi tidak didorong oleh
rasa kepekaan. Untuk menyelaraskan keduanya anda perlu balancing tool. Yaitu
daya intuisi anda. Ketika intuisi telah mampu melakukan link and match terhadap
sensitivitas dan inisiatif, artinya Anda telah mencapai kestabilan hidup. Namun
jika berhenti sampai pada tahap ini saja maka akan melahirkan mental'status
quo'.
Al-Qu-an menyatakan :
"Ketahuilah! Sesungguhnya manusio benar-benar melampaui batas, karena dia
melihat dirinya serba cukup." (Al 'Alaq : 6-7).
"Stability" akan membawa kita pada wilayah sukses.
Namun janganlah kita merasa bahwa jika telah sampai pada sukses, maka sudah
selesai hidup kita."Saya sudah mencapai puncak keberhasilan, apalagi yang
harus saya kerjakan? Semua sudah saya dapatkan, jabatan, uang, rumah, segala
macam simbol-simbol kes¬ejahteraan sudah saya peroleh," demikian
komentarnya.
Para insan sejati, untuk hidup berkah, ternyata tidak cukup
hanya sukses saja, langkah awal menuju hidup berkah perlu didahului dengan
kepahaman makna sukses itu sendiri. Ada satu kalimat yang menarik dan ini
menjadi sebuah definisi yang sangat sederhana dari sabda nabi kita Muhammad
saw., "Barangsiapa yang hari ini lebih balk dibandingkan yang terdahulu,
maka dia termasuk arcing sukses. Barang siapa yang hariml sama seperti yang
terdahulu, maka dia termasuk prang yang tertipu. Barangsiapa yang hari ini
lebih buruk dibandingkan yang terdahulu, make dia termasuk orang-orang yang
merugi dihadapan Allah swt..."
Jadi, orang yang sukses adalah today is better than
yesterday. Hari ini lebih baik dibandingkan yang terdahulu dan tentu saja
tomorrow will be better than today, hari esok akan lebih baik dibandingkan hari
mi. Saya tidak pernah mempertanyakan sudah berapa langkah yang Anda lakukan,
sudah berapa meter kah Anda maju, namun yang terpenting adalah judulnya Anda
sudah melangkah. Ketika Anda sudah melangkah, itu artinya Anda sudah sukses,
Anda sudah lebih dari yang sebelumnya. Dan sukses yang telah dicapai
menggambarkan kebutuhan manusia akan aktualisasi
Di dalam suatu diagram kebutuhan manusia, kebutuhan yang
paling rendah adalah pemenuhan kebutuhan biologis dan yang tertinggi adalah
aktualisasi din. Seorang yang sukses adalah seorang yang sudah mencapai tahapan
aktualisasi din, ketika semuanya sudah karena dia sudah meraih 3P: Pangan,
Pakaian, Perumahan. Ketika semuanya sudah teraih maka ia akan dihantarkan pada
tahapan yang beri¬kutnya yaitu aktualisasi din. Dan, pencapaian prestasi ini
tidak selalu berhubungan dengan symbol-simbol materi atau fisik sehingga banya orang mengatakan success
is not destination , but is a journey. Sukses bukan tujuan tapi sukses adalah
perjalanan . perjanan menuju tahap yang
berikutnya.
Para insan sejati, kalau diumpamakan dalam sebuah gambar
mengarah, seorang yang survive adalah seorang yang berdiri kemudian matanya ke
bawah (eyes down), lalu tangannya ke bawah (hold hand down). Kemudian dia
melangkah dengan lambat', (slow step) dia merasa tidak (confidence)'percaya
din' menghadapi kehidupan, that is survive.
Kemudian yang kedua Stability. Seorang yang stability adalah
seorang yang telah mampu mengangkat sebelah tangannya ke atas, sementara tangan
lainnya masih tetap berada di bawah. lni artinya sudah stabil, dia tidak
reaktif lagi. Dia sudah lebih proaktif, sensitif, dan inisiatif. Tapi, kalau
kita bicara sukses, dia sudah
mengangkat kedua tangannya. Bagi Anda yang pecandu
sepakbola, pasti Anda akan menyaksikan seorang penyerang yang baru saja
membobolkan gawang lawannya dia akan melakukan satu action, dia akan mengangkat
kedua tangannya sebagai bukti bahwa dia sudah berhasil.
Tetapi para insan sejati, tidak cukup hanya sekadar itu.
Masih ada tahapan satu lagi yang harus kita lewati, itu yang saya sebut dengan
di Was sukses ada sukses. Apa yang dimaksud di atas suksesada sukses? Mungkin
untuk sampai ke sana saya perlu mengantarkan dengan sebuah statemen atau sebuah
pernyataan, "Menjadi orang sukses itu penting, tapi menjadi orang
besarjauh lebih penting." Apa yang dimaksud orang besar? Tentu saja
bayangan Anda orang besar bukan berarti fisiknya besar, bukan berarti bobot tubuhnya
yang besar, tapi orang yang besar adalah orang yang tidak hanya sukses untuk
dirinya tapi dia bisa membuat sukses orang lain.
Para insan sejati,
siapa pun Anda, apa pun posisi Anda, apa pun jabatan Anda, apa pun peran dan
fungsi Anda di rumah, di kantor, di masyarakat, di dalam kehidu¬pan politik,
dalam kehidupan berbangsa bahkan dunia, kita harus memiliki tahapan yang
disebut signifikan.Apa itu signifikan? Di atas sukses ada sukses. Setelah Anda
berhasil, Anda harus bisa memacu diri Anda untuk bisa membuat orang lain lebih
berhasil dibandingkan Anda.
No comments:
Post a Comment