Thursday, April 11, 2013

Menikmati Masalah tak sama dengan PASRAH

Menikmati Masalah tak sama dengan PASRAH

Suatu ketika ada orang berhutang dan ketika ditagih dia marah-marah. “Ya sudah,” kata Anda”Saya ikhlaskan hutang itu”. Itu sih namanya pasrah, karena malas atau takut merebut kembali hak anda. Bukan seperti itu yang dimaksud dengan menikmati masalah. Menikmati masalah, juga tidak sama dengan perasaan menjadi damai, tenang, dan terbebas. Bukan seperti itu.
Ketenangan hati seseorang pada saat menikmati masalah, harus tampak didalam perilaku, yang bermakna bagi diri dan lingkungannya. Bisa saja hati Anda merasa tenang, karena merasa terbebas dari masalah. Tetapi jika ketenangan itu tidak membuat anda lebih produktif, lebih mampu membuat keputusan yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, maka maaf, Anda belum mampu menikmati masalah.
Ada tiga Aksi yang harus kita lakukan untuk dapat membantu kita untuk bisa menikmati masalah :
  1. Bekerja Tenang dan Ambil Hikmah
Bekerjalah dengan tenang dan ambil himah dari setiap masalah yang muncul, berusahalah untuk selalu bisa memberikan hasil pekerjaan terbaik tanpa terpengaruh oleh keadaan atau situasi seburuk apapun, serta pikirkan kemungkinan adanya konsekuensi positif yang akan muncul dari kejadian atau situasi buruk tersebut. Selanjutnya berikan yang terbaik, didalam kehidupan keluarga, lingkungan kerja dan juga masyarakat, yakinlah, Selalu ada hikmah yang terkandung di balik peristiwa apapun yang menimpa kita.
Berikut kisah seorang raja dan penasehatnya yang bisa kita jadikan sebagai Inspirasi bagi kita semua:
Dia adalah raja yang selalu mendapatkan jawaban yang sama dari penasehatnya, ketika dia meminta nasehat. “Pasti ada hikmah dibalik peristiwa itu, Tuan!” begitu selalu yang dikatakan sang penasehat. Sang raja bosan karena keseringan mendengar kata-kata itu, dan akhirnya tidak mau lagi didampingi penasehat.
Suatu ketika Sang raja belajar cara memotong daging, dan saat itulah dia terkena musibah. Satu jarinya terpotong hingga putus. Kejadian itu diadukannya ke Sang Penasehat. Seperti biasa, Sang Penasehat mengatakan, “Wahai baginda raja, kejadian itu pasti ada hikmahnya.” Mendengar jawaban itu, ia menjadi murka dan tidak mampu lagi bersabar. Ia kemudian menjebloskan Sang Penasehat ke penjara.
Hari terus berganti, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Tibalah waktunya berburu bagi Sang Raja. Ketika di tengah hutan, Dia terpisah dari rombongan dan tertangkap suku pedalaman yang masih primitive. Mereka berniat menjadikan Sang Raja sebagai korban yang dipersembahkan kepada para Dewa.
Ketika Pengorbanan akan di mulai, dukun yang memimpin upacara, terkejut karena korban yang hendak dipersembahkan cacat, jari tangannya hilang satu. “Pasti dewa marah kalau orang cacat yang kita korbankan,” kata dukun itu. Sang Rajapun batal dikorbankan dan kemudian dibebaskan. Dengan suka cita, Sang Raja pulang ke istana.
Sesampainya diistana. Dia bergegas kepenjara dan membebaskan penasehatnya. “sekarang saya mengerti apa itu hikmah di balik persitiwa, terima kasih kamu telah menyelamatkan saya,” katanya. Sang penasehat lalu berucap, “Terima kasih baginda raja, karena baginda juga telah menyelamatkan saya.” Mendengar itu Sang Raja terheran-heran. “Lho, memangnya kenapa? Kamu saya selamatkan dari apa?” tanyanya. Sang penasehat tersenyum, “karena seandainya saya tidak dipenjara, saya pasti ikut berburu dan tertangkap suku pedalaman itu, dan pasti saya yang akan dijadikan korban persembahan suku pedalaman itu, karena jari tangan saya masih lengkap,” katanya. Mendengar penjelasan itu sang raja tersenyum dengan rasa kagum. Ternyata sang penasehat memang pandai melihat hikmah dari setiap peristiwa yang dialami. Termasuk ketika dijebloskan ke penjara.
Tetapi tentu saja, jangan hanya pandai memahami hikmah dari semua kejadian, kita harus tetap bekerja dengan tenang, mencari peluang untuk melakukan hal terbaik. Dalam hal ini mari kita bercermin pada almarhum Profesor Hamka, ketika suatu ketika dalam hidupnya, dia dipenjara. Oleh Hamka, penjara dijadikan tempat yang tepat untuk berkontemplasi dan menulis buku. Disana tidak banyak gangguan, dan tamupun dibatasi jam kunjungannya. Dengan waktu yang begitu banyak, Hamka menulis buku sangat tebal, yang sampai sekarang masih dijadikan rujukan banyak orang. Itulah Tafsir Al Azhar, buku fenomenal karya sang ulama besar itu.
  1. Maafkan dan beri kasih sayang
Dalam perjalanan hidup anda di manapun, selalu ada orang yang memberatkan hati Anda, atau bahkan melukai hati Anda. Maka buktikan Anda mampu menikmati masalah dengan cara memberikan kasih sayang pada orang tersebut. Itulah wujud maaf yang sebenarnya.
“Maafkan dan beri kasih sayang adalah sesuatu yang mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan,” itulah yang sering kita katakana. “Ya, memang sulit dilaksanakan, tetapi kan bukan berarti tidak bias kita lakukan,” Budaya memaafkan dan memberi kasih sayang, memang bukan budaya orang-orang berjiwa kerdil. Budaya ini adalah budaya yang dimiliki oleh orang-orang berjiwa besar.
Ada banyak kisah yang bisa kita pelajari dan menjadi contoh bagaimana hebatnya sebuah kasih sayang. Diantaranya peristiwa Perang Salib ketiga. Perang itu berhenti lantaran Panglima Sholahuddin Al Ayubi memaafkan dan memberi kasih sayang dengan segera kepada raja Richard Lion Heart, yang telah membunuh ribuan pasukannya. Bahkan ketikaRichard sakit didalam peperangan itu, Sholahuddin datang mengobatinya. Belum cukup sampai disitu. Ketika Sholahuddin tahu Richard mengejar pasukannya dengan berlari, dia mengatakan kepada para sahabatnya “Sungguh tidak pantas seorang raja berperang dengan berlari, krimkanlah kuda terbaik kita dan berikan kepadanya, katakana itu hadiah dariku.” Karena kejadian itulah, akhirnya pada September 1192 dibuat perjanjian perdamaian antara kedua pasukan, dan perangpun berhenti. Sungguh memaafkan dan kasih sayang mampu menghentikan pertumpahan darah. Karena perilakunya itu, Sholahuddin disegani dan sangat dihormati oleh kawan maupun lawan.
Mungkin sebagian ada yang mengatakan “Wah saya sulit memaafkan, Ibarat kaca, saya sudah retak dan sulit kembali ke bentuk aslinya.” Perlu diketahui orang yang sulit memaafkan akan menyimpan emosi negative. Apabila hal ini berlangsung lama akan sangat merugikan. Orang tersebut dapat mengalami berbagai penyakit fisik akibat memelihara rasa sakit hati. Banyak riset yang mengungkapkan bahwa dendam dan kemarahan dapat membahayakan kesehatan jantung dan system peredaran darah seseorang.
Dalam perjalanan hidup kita, sering kali kita menjadikan masalah berserta dampak negatifnya terpelihara dengan baik, karena tidak mau memaafkan. Bahkan banyak yang mengungkapkan kata-kata, “sampai tujuh turunan, saya tidak bakal memmaafkan.” Padahal, ketika kita mau memaafkan, maka seseungguhnya kerugian terbesar ada pada diri kita, dan bukan pada orang yang tidak kita maafkan. Kita masih merasa, kesalahan tersebut merupakan sesuatu yang sulit dimaafkan, apalagi untuk kita berikan kasih syaang. Hal inilah yang sering menjadikan masalah kita terus berlarut dan hati kita pun menjadi sempit. Kita terus menerus mengungkit kesalahan orang atau hal tersebut dan akhirnya itulah yang menghambat diri kita sendiri.
Secara Imani, kita justru harus berterima kasih kepada orang-orang yang pernah menyakiti kita karena mereka telah mengurangi dosa yang telah kita perbuat…
  1. Siap Berkorban untuk tujuan yang lebih tinggi
Selain bekerja tenang dan ambil hikmah, lalu memaafkan dan memberi kasih saying, yang ketiga adalah siap berkorban untuk tujuan yang lebih tinggi.
Untuk mencapai derajat iman yang tinggi, seseorang yang beragama harus rela berkorban dengan berbagai cara. Seseorang belum bisa dikatakan beriman dan menjadi kekasih-Nya bila pengorbanannya belum terbukti, baik dalam aspek ritual maupun aspek kehidupan duniawi. Seorang yang beriman akan selalu membawa serta Tuhan kemanapun mereka berkatifitas dan siap mempertanggungjawabkan semua pilihan hidupnya. Dia rela mengorbankan kesenangan-kesenangan duniawi yang dilarang agama karena berharap cinta-Nya.
Kupu-kupu yang indah adalah hasil proses metamarfosis dari telur-telur kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang lucu. Kendi yang indah adalah hasil tempaan dari kesediaan sebongkah tanah dibanting, diinjak, digosok dan dipanaskan. Tanah yang awalnya tidak bernilai menjadi sesuatu yang mahal kerena kekuatannya menjalani tempaan.
 Semoga bermanfaat,, amin,,

dikutip oleh dari blog kang zaini (artikel menarik )
 

Popular Posts

Followers

 

About Me

Templates by simple | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger